Krisis Corona Tingkatkan Risiko Kecanduan Judi Online Di Indonesia

judi

Tentang Risiko Kecanduan Judi Online

Pandemi covid-19 yang melanda dunia sejak 2 tahun lalu membuat semua aktivitas terhenti. Tak terkecuali dengan kompetisi olahraga terbesar dunia. Peristiwa ini membuat perusahaan taruhan memutar otak untuk tetap bertahan, satu di antaranya adalah dengan menjaring pelanggan via internet. Strategi ini kita kenal dengan nama judi online, yang perkembangannya sudah sangat meluas.

Taruhan olahraga berorientasi pada hasil pertandingan, kegiatan ini sudah ada di berbagai negara sejak dulu kala. Tapi bagaimana jadinya jika semua pertandingan olahraga besar ditiadakan karena pandemi?

Dampak terbesar dirasakan oleh perusahaan taruhan. Banting setir ke dunia virtual dan bersaing dengan perusahaan taruhan online yang sudah lebih dulu menguasai. Mengikuti jejak pendahulunya, perusahaan casino darat menghadirkan berbagai bentuk taruhan. Mulai dari pertandingan olahraga online, poker online, hingga casino virtual.

Para pakar dan aktivis melihat ini sebagai situasi berbahaya. James Grimes, seorang pecandu judi yang telah pulih menganggap situasi ini sebagai badai yang hebat. Melalui organisasinya The Big Step, ia aktif berkampanye melawan iklan perjudian di ajang olahraga.

Bagi James Grimes, orang-orang yang tidak berjudi melihat judi hanya sekedar hiburan mengisi kekosongan. Tetapi mereka yang terpengaruh secara finansial, akan menelan jargon iklan-iklan yang mengatakan judi sebagai cara cepat hasilkan uang.

Krisis corona berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia

Judi online meningkat pesat

Pemerintah dan otoritas kesehatan di banyak negara semakin konsen mengamati perkembangan judi online. Berbagai kebijakan dibuat guna menghentikan peningkatan taruhan online. Seperti Belgia, yang baru-baru ini membatasi deposit €500 per minggu. Ada pula Spanyol yang membuat batasan tayang iklan judi hanya 4 jam sehari. Begitupun Latvia, telah melarang judi online sampai lockdown dicabut.

Namun faktanya, tidak mudah menghentikan taruhan online. Pihak internal perusahaan tersebut mengatakan, peralihan taruhan judi menjadi permainan berbasis casino online telah menggurita pada hampir seluruh dunia. Jika awalnya tercatat 1,2% masalah serius yang dialami pecandu judi, maka untuk perjudian online angka itu jauh lebih tinggi lagi, yakni 2,5% yang terancam bermasalah akibat judi.

Gangguan mental karena judi online

Kecanduan ini tidak hanya berasal dari seberapa sering seorang bertaruh, tetapi juga berkat tangan dingin perusahaan taruhan online. Salah satu situs judi terbesar dunia mencetuskan pertandingan sepakbola fiktif 3 menit. Orang bisa bertaruh untuk skor pertandingan, total gol, tim pertama pencetak gol, selisih gol, dll.

Pertandingan fiktif ini hanyalah sistem komputer yang berlangsung selama 3 menit. Pemain tidak perlu menunggu sampai 90 menit untuk melihat hasil pertandingan. Cukup 3 menit saja, pertandingan berikutnya akan dimulai dan bisa ikut bertaruh lagi. Semakin sering orang bertaruh, semakin besar potensi kecanduannya. Terlebih dengan model pertandingan fiktif 3 menit ini, ancaman kecanduan judi semakin tidak terbendung.

Menariknya, perusahaan taruhan dan provider gaming kerap menonjolkan peran dan kontribusi mereka dalam kegiatan sosial dan olahraga. Mereka menyumbang dana untuk program penanggulangan kecanduan. Namun James Grimes khawatir langkah ini tidak berdampak apapun, mengingat penerapan lockdown di banyak tempat dapat memunculkan gelombang kecanduan baru.

Judi online semakin berkembang sejak krisis corona

Praktik judi online di Indonesia tumbuh subur saat Corona

Di Indonesia sendiri, kecanduan judi online di tengah krisis korona tetap menjadi ancaman nyata. Terutama sejak kondisi ekonomi yang kian terjun bebas, banyak orang rela begadang untuk mencari wangsit atau mencari angka taruhan demi bertahan hidup.

Perubahan sosial di tengah korona melahirkan kebijakan baru seperti Work From Home atau WFH. Ketika WFH, seseorang otomatis punya lebih banyak waktu di rumah ataupun waktu yang senggang. Semua pekerjaan dibawa pulang, dipangkas durasinya, hingga waktu kosong menjadi longgar.

Namun kasus ini hanya sedikit kisah dari carut marut ekonomi karena pandemi. Sebab faktanya, lebih banyak orang yang dirumahkan dan hilang pekerjaan dibandingkan sekedar kerja di rumah. Sehingga banyak orang mencari cara untuk bertahan hidup dibanding mencari sampingan penghasilan. Sedangkan muncul persoalan besar lainnya, yakni kesulitan mencari pekerjaan karena seluruh sektor ekonomi yang babak belur.

Akhirnya tidak heran jika mencari jalan yang instan seperti judi online. Sulitnya mencari pekerjaan membuat judi menjadi pelarian. Akibatnya, praktik judi online bertumbuh subur. Tidak hanya judi olahraga tetapi juga bentuk perjudian lain. Di mana paling lumrah ditemukan adalah togel, permainan ini dipilih karena kemudahan serta hasil yang instan. Tak ayal perjudian pun semakin meresahkan dan menciptakan kondisi berbahaya seperti yang dialami negara luar.

Seperti contoh kasus yang terjadi pada Juni 2020, dilansir dari salah satu portal berita daerah dikabarkan, Polda Jateng dan polres jajarannya memberangus 67 orang yang diduga melakukan praktik judi. Dengan barang bukti uang puluhan juta rupiah beserta buku kupon isi pasangan angka. Pelaku ditahan sembari menjalankan pemeriksaan intensif guna mengungkap bandar utamanya.

Dari fenomena ini bisa dilihat bahwa orang yang ekonominya lumpuh akibat pandemi memandang judi bukan sekedar hiburan, tetapi juga ajang mencari uang. Sebagian pelaku merasa bahwa judi membawa keberuntungan bagi mereka, khususnya setelah kemenangan berlipat dan profit yang nyata. Mereka pun optimis dengan trik yang terbiasa dilakukan dapat menghasilkan profit yang besar.

Namun ironisnya, mereka justru tengah berdiri di jurang kehancuran. Disadari atau tidak, dampak negatif bermain judi jauh lebih besar dibandingkan positifnya. Meskipun belum ada statistik yang menunjukkan lonjakan kecanduan tersebut, para ahli memprediksi bahwa kecanduan judi dapat mengakibatkan masalah mental hingga kasus bunuh diri.