Bahaya Judi Online untuk Anak dan Remaja
Mengenal Bahaya Judi Online untuk Anak dan Remaja
Game online yang menjurus pada judi serta penggunaan gadget berlebih telah memberi pengaruh negatif pada anak dan remaja. Terutama judi online yang menjadi ancaman besar dalam menggerus moral generasi muda. Sikap anak akan rusak secara perlahan, termasuk kepatuhan pada orang tua, hingga memicu terbentuknya watak pembangkang.
Terlebih di tengah pandemi covid-19 seperti ini, anak-anak dan remaja sangat rentan terpapar judi online dari internet yang diaksesnya. Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring memaksa mereka untuk mengakses internet setiap saat.
Jika anak dan remaja sudah mengenal game online yang di dalamnya ada taruhan dan perjudian BK8, akibatnya mereka akan berani minta uang sama orang tua. Tak jarang ada pula yang mencuri celengan masjid atau menjual barang yang bukan miliknya. Dalam upaya pencegahan judi online pada remaja, diperlukan campur tangan semua pihak untuk terus berupaya menyampaikan pesan tentang bahayanya judi online.
Pendidikan usia dini adalah masa keemasan pembelajaran anak. Salah satu langkah mencegah penyebaran judi online adalah dengan mengurangi anak untuk menyentuh gadget. Dibutuhkan peranan orang tua untuk terus mengawasi anak-anak mereka. Jangan sampai lengah hanya karena kesibukannya masing-masing. Pasalnya, orang tua adalah benteng pertama dalam melindungi anak dari penyebaran judi online.
Sementara itu, judi online tersebut juga dimainkan oleh seluruh rentang usia di masyarakat. Hingga tentunya menjadi persoalan baru yang harus dicari solusinya bersama. Dikutip dari berbagai sumber, tercantum dalam Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problem (ICD), WHO menempatkan 2 klasifikasi gangguan jiwa yang terkait dengan kecanduan, yaitu gambling disorder (gangguan judi online) dan gaming disorder (gangguan game online). Dampak negatif dari permainan daring tersebut dinilai sangat membahayakan. Mulai dari merusak aspek biologi, psikologi, fisik, sosial, hingga fungsi otak.
Gangguan biologi
Secara aspek biologi, kecanduan judi online pada anak dan remaja dapat merusak fungsi kognitif. Anak-anak adalah masa keemasan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Pada fase ini, fungsi kognitif sangat melibatkan otak, nalar, dan strategi manusia. Perkembangan kognitif pada anak dan remaja sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Ketika fungsi kognitif rusak, akibatnya akan sangat fatal bagi perkembangan mereka.
Gangguan psikologis
Secara psikologis, akan muncul gangguan kejiwaan seperti depresi, kesulitan tidur, hingga kecenderungan bunuh diri sebagai dampak dari kecanduan judi online. Anak pun akan terbentuk menjadi pribadi yang tidak penurut, abai peraturan, bahkan terancam tidak bermoral. Anak-anak dan remaja adalah usia yang harus banyak dicontohkan dengan perbuatan baik dan terdidik. Jika sejak usia tersebut sudah terpapar judi, bukan tidak mungkin mereka akan kecanduan judi di usia yang sangat muda.
Gangguan fisik
Bermain judi online juga dapat mengancam kesehatan fisik anak dan remaja. Salah satu bahaya itu adalah obseitas atau kelebihan berat badan. Setiap harinya, mereka hanya duduk saja tanpa kegiatan fisik apapun. Bahkan berpotensi menimbulkan malnutrisi karena mereka lebih cenderung mengonsumsi makanan instan demi menghemat waktu. Kurangnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan tubuh mereka lemah sepanjang hari, sulit konsentrasi, dan penurunan sistem imun.
Gangguan sosial
Anak-anak yang kecanduan game judi online rentan menirukan kejadian dalam permainan yang dilihatnya pada kehidupan nyata. Misal, umpatan kasar pemain judi karena kalah bertaruh atau kecurangan yang dilakukan banyak penjudi daring. Kejadian tersebut rentan dipraktikkan dalam kehidupan mereka sehari-hari karena kurangnya pengendalian diri. Kehidupan anak-anak yang seharusnya diisi oleh belajar, mengenal dunia luar, mempelajari banyak keahlian, dapat terisolasi berkat judi dan permainan online lainnya. Tidak sedikit kasus remaja yang kehilangan minat untuk bermain dengan teman-temannya, mereka lebih memilih diam di rumah bermain gadget. Bukan hanya mengganggu kehidupan sosialnya, tetapi membentuk mereka menjadi anak yang anti sosial.
Gangguan fungsi otak
Jika bicara tentang kecanduan internet, maka tidak bisa dilepaskan dari fungsi otak. Orangtua harus meningkatkan kesadaran untuk melindungi anak-anaknya dari kecanduan judi online. Ketika seorang anak dan remaja mengalami kecanduan internet dan game online, maka akan ada area-area di otaknya yang rusak. Saat bagian itu rusak, mereka tidak bisa lagi mengendalikan perilaku bermain internetnya. Pada mereka yang sudah mengalami kecanduan, umumnya ada keinginan untuk berhenti namun ia merasa kesulitan. Belum lagi dengan masalah lain yang mengikuti para pemain. Seperti gangguan memori menjadi turunan dan emosinya yang tidak stabil.
Yang Perlu Dilakukan Agar Anak dan Remaja Tidak Bermain Judi Online
Agar anak-anak dan remaja tidak bermain judi online, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah jangan perkenalkan mereka dengan judi. Apapun bentuknya, jauhi anak-anak kita dari segala macam perjudian. Dibutuhkan peranan penting orangtua dalam fase ini, mulai dari batasi penggunaan gadget, internet, dan sosial media hingga jangan tiru anak dengan kegiatan perjudian. Itu artinya, orangtua dan lingkungan di sekitarnya harus bersih dari judi.
Selain itu, sibukkan anak dengan aktivitas yang produkti. Seperti belajar, mengikuti ekstrakurikuler, perdalam hobi, hingga rutin ajak mereka rekreasi ke tempat baru. Semakin banyak waktu yang anak habiskan dengan kegiatan produktifnya, akan semakin berkurang waktu mereka untuk bermain gadget dan internet.
Mungkin wacana ini menjadi tantangan bagi orangtua digital saat ini, terutama sejak dunia dilanda pandemi covid-19 yang memaksa aktivitas luar rumah untuk berhenti. Seluruh kegiatan outdoor terpaksa dihentikan dan diganti dengan kegiatan penuh di dalam rumah. Termasuk kegiatan belajar mereka yang dilakukan secara daring, kondisi ini mau tidak mau membuat anak lebih sering mengakses internet.
Kendati demikian, bukan berarti orangtua lantas membiarkan anak dengan pembelajaran daringnya. Justru pada masa seperti inilah diperlukan peranan ekstra orangtua dalam membimbing anak agar tidak mencerna segala bentuk informasi yang ada di internet.
Pemerintah pun perlu bersinergi dengan semua pihak untuk memberantas situs judi online di internet agar tidak dilihat oleh anak. Serta menghentikan penyebaran SMS gateway judi online yang dapat menjebak remaja di usia penuh rasa ingin tahu.